Cerpen : Kesabaran Di Ujung Batas



Pada pukul 16:00 waktu Jepang, bel sekolah pun berbunyi. Di sebuah sekolah yang terletak di pusat kota Tokyo. Sebut saja Aika seorang gadis berwajah oriental dan berkulit putih terlihat sedang membersihkan kelas dan bergegas untuk pulang. Sifatnya yang pendiam membuat ia tidak memiliki banyak teman, disekolah pun terkadang ia kerap menjadi bahan hinaan temannya karena ia berasal dari keluarga yang tidak mampu. Kesekolah memakai pakaian dan sepatu seadanya. Dapat bersekolah di sekolah itu pun karena ia gadis yang pintar.



Tak lama lagi musim panas akan segera dimulai, semua murid bergembira mempersiapkan rencana liburan musim panas mereka. “Aku juga ingin sekali menikmati liburan musim panas tahun ini, tetapi aku harus membantu ibuku berdagang.” Gumam Aika. Wajahnya terus memandang ibarat dagangan yang sudah siap dijajakan. Kehidupan masa SMA memang menyenangkan bagi sebagian orang, tetapi tidak pada Aika. Karena ia anak semata wayang, mau tidak mau ia harus membantu kedua orang tuanya bekerja demi menyambung hidup.

“Nak, ayo sudah waktunya untuk berangkat.” Ibunya berkata. Aika hanya duduk termenung. “Aika, ada apa denganmu?” Tanya sang ibu.

“Tak apa bu, aku hanya melamun saja”

“Ibu tahu apa yang kaupikirkan, pasti kamu ingin berlibur musim panas bersma teman-teman mu kan? Ibu tahu apa yang kaurasakan. Aika, walaupun kita bukan berasal dari keluarga yang berada, kita harus tetap berusaha dan mensyukuri apa yang telah kita punya, kamu adalah satu-satunya harapan ibu dan ayahmu, ibu ingin kamu sekolah setinggi-tingginya agar bisa merubah derajat keluarga kita, karena tuhan tidak akan merubah nasib seseorang jika orang tersebut tidak berusaha.”

Aika kembali termenung mendengar nasihat dari ibunya, namun kini Aika kembali tersenyum dan bersemangat. “Terima kasih bu, aku akan berusaha semaksimal mungkin”

Aika dani bunya segera menuju kelokasi tempat mereka mencari nafkah. Cuaca pada hari itu memang sangat cerah dan panas. Keringat mulai membasahi wajah dan tubuhnya. Kios kecil yang sederhana itu ramai dikunjungi pelanggan. Musim panas sepereti ini memang segar bila menyantap Kaki gori. Kalau di Indonesia kaki gori yaitu es serut. Kuliner satu ini memang menjadi incaran orang Jepang terutama anak-anak. Es serut dengan warna yang cerah siapa yang tidak suka.

Hari semakin gelap dan matahari akan bersembunyi, Aika dan ibunya sangat gembira tak disangka dagangan mereka telah habis terjual lebih cepat dari biasanya.

“Terima kasih, nak. Kamu sudah sangat berjuang”

“Sama-sama bu. Aku berjanji akan membahagiakan ibu.”

Kini dagangan mereka pun selalu habis terjual, semakin lama semakin terlihat kemampuan Aika dalam berbisnis. Ibunya yang telah mengetahui akan hal itu selalu memberi semangat dan motivasi kepada anaknya.

Tahun ajaran baru sudah dimulai. Aika sudah menjadi murid kelas 3. Sebagai murid kelas 3 tentunya ia akan sibuk belajar untuk mengikuti ujian seleksi perguruan tinggi.

“Ibu, maaf hari ini aku tidak bisa membantu ibu di kios karena akan ada pelajaran tambahan untuk ujian peraguruan tinggi”

“Ya sudah, cepat habiskan sarapanmu”

Sampai disekolah, suasana sama saja tak ada yang berbeda. Di situasi seperti itu pun Aika masih menjadi bahan bully teman sekelasnya, terkadang ia ingin melawan tetapi selalu ingat pesan ibunya, “Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan, itu berarti kamu sama seperti dia”

Perlakuan teman-teman terhadapnya sudah keterlaluan, Aika sudah tak sanggup menahan semua beban yang menyakitkan. Dengan tatapan yang tajam kepada mereka Aika bertekad “Tunggulah hingga saatnya aku akan membuktikan pada kalian semua!”

Mereka yang mendengarnya hanya tertawa terbahak-bahak “Mana mungkin orang seperti dia bisa mengalahkan kita” Ucap salah seorang murid.

Dalam perjalanan pulang, perlahan ia melangkahkan kakinya. Setelah sekian lama gadis itu menahan semua ini “Mengapa mereka tidak pernah mengerti perasaanku…”

“Aku pulang”

“Selamat datang kembali”

“Bagaimana dagangan hari ini bu?”

“Belum habis, ibu pulang lebih awal karena ibu sedang tidak sehat”

“Mungkin ibut erlalu lelah”

Cahaya di ujung timur mulai nampak. Gadis itu telah bersiap untuk pergi ke kiosnya. Es serut buatan Aika siap menyambut hari minggu yang cerah. Kali ini ia berjualan sendirian menggantikan ibunya. Aika gadis pekerja keras.

Sudah tiba saat hari upacara kelulusan. Berakhir sudah semua penderitaan yang dialaminya pada masa sekolah. Namun Aika memutuskan untuk tidak kuliah karena tak ada biaya. Ia memutuskan untuk langsung bekerja. Kini ia ingin memulai bisnisnya sendiri. Berbekal modal yang telah dikumpulkannya sejak lama, dia memulai dengan membuka kios kecil seperti ibunya yang menjual jajakan khas Jepang yaitu takoyaki. Diawal usahanya ini cukup bagus, Aika memang pandai memasak dan juga merupakan hobinya, tak heran jika kiosnya selalu ramai diserbu pembeli.

Sebulan setelahnya, ia disandera oleh pedagang takoyaki lain di daerah itu.

“Hei, mengapa kamu telah mengambil semua pelangganku ? Semenjak ada kios mu disini, kios ku menjadi sepi !” ucap pedagang itu.

“Maaf, aku tidak melakukan apa pun, aku berjualan secara jujur.” Wajahnya yang pucat membuat suasana menjadi tegang.

“Aku tidak mau tahu segera kamu pergi dari tempat ini, kalau tidak kamu akan mengetahui akibatnya.”

Mengetahui ancaman seperti itu, mau tidak mau Aika harus meninggalkan tempat itu. Kemudian ia berpindah ke food court disebuah mall. Dagangannya laris seperti biasa. Sayangnya baru beberapa bulan disana, mall itu mengalami insiden bangunan rubuh. Semua barang dan peralatannya hancur tak tersisa. Tak ada lagi yang bisa diambil.

“Aku harus bagaimana?” Hati kecilnya bertanya.

Tabungan yang dimilikinya tak seberapa. Akhirnya diputuskan untuk berjualan es serut seperti ibunya karena tidak membutuhkan modal yang terlalu besar.

Musim panas akan segera berakhir, berimbas juga pada kios es serut Aika. Semakin hari semakin sepi pelanggan yang datang. Hal ini membuat usahanya gulung tikar. Ia kembali pulang kerumah dengan putus asa. “Tak ada yang bisa aku harapkan lagi, bu. Berkali-kali aku mencoba tetapi tetap saja gagal.”

“Ibu tau kamu adalah gadis yang kuat, tidak ada kesuksesan tanpa mengalami kegagalan terlebih dahulu, gagal adalah hal yang wajar, yang terpenting adalah kita harus selalu memperbaiki diri dari yang sebelumnya.” Ujar sang ibu.

“Tapi bagaimana jika aku gagal kembali?”

“Berusaha lagi”

Terfikirkan olehnya bahwa ia akan membuka kedai mie ramen karena orang Jepang penggemar mie, lagi pula ini tidak akan berpengaruh kesemua musim. Lambat laun, kedai mie ramen itu menjadi terkenal dan tak pernah sepi pengunjung. Semua kerja kerasnya kini membuahkan hasil. Dalam kurun waktu satu tahun telah memperluas jangkauan kedainya dengan membuka cabang diberbagai kota di Jepang. Aika selalu membuat inovasi baru dalam menunya, inilah yang membuat bisnisnya berkembang pesat. Lalu ia akan membuka rumah makan Jepang di luar negeri. Ibu dan ayah Aika sudah tidak bekerja lagi, mereka ikut membantu mengelola usaha anaknya. Semenjak saat itu kehidupan Aika telah berubah.

Karya : Kurnia Dani P

Related Posts: